Kho Tao : Sisi Lain dari Thailand

Heyho!

Jumpa lagi di blog ini. Gue baru kembali dari liburan tahunan gue, di mana gue mengunjungi salah satu pulau (sebenarnya salah dua) di Thailand. Namanya Kho Tao. Perjalanan ke sana suer lama banget; gue cape' bener ke sananya. Karena menggunakan budget airlines, mungkin jam terbangnya agak-agak kurang ramah untuk gue. But anyhow, gue nyampe' juga kok. Gue akan cerita tentang masing-masing pulau secara terpisah, supaya tulisan gue nggak terlalu panjang, dan enak dibacanya (mudah-mudahan yaaa...).

Menggunakan AA, gue terbang tanggal 18 Maret 2016 lalu, jam 2 PM dari Jakarta Soekarno-Hatta terminal 3, tujuan Bangkok Don Mueang. Gue harus over-night di Don Mueang, untuk kejar penerbangan jam 6 pagi ke bandara Nakhon Si Thammarat (NST) di hari berikutnya. However, untuk sampai ke Kho Tao, si AA ini juga memberikan opsi tiket ketika mem-booking. Jadi nanti satu tiket itu, mencakup tiket pesawat ke NST, lanjut pakai bis, terus naik Ferry ke Kho Tao. Perjalanannya itu sekitar 1,5 jam dari bandara ke pelabuhan, dan dari pelabuhan ke Kho Tao itu sekitar 3,5 jam. Lama emang, karena kapalnya mampir dulu ke Kho Samui, terus ke Kho Phangan, baru pemberhentian terakhir Kho Tao. 



Ini bentuk tiketnya

Sebagaimana lazimnya budaya Thailand, toilet bersih itu pun berlaku di kapal kecil yang membawa kami (waktu itu gue travelnya berempat) ke Kho Tao. Sampai sekarang gue masih takjub karena WC-nya bersih banget. Kinclong. Plus, gak bau. Hebat ya? Makanya, gue harus mengakui, Thailand merupakan destinasi backpacker yang sangat menyenangkan. Oh iya, ini bukan kali pertama gue travel (berusaha) murah ke Thailand. Jadi, gue udah beberapa kali 'menikmati' kebersihan WC Thailand.


Salah satu petunjuk kapal yang menurut gue sangat menarik. Seolah-olah beneran ada yang loncat


Jangan lupa, ikuti juga petunjuk yang diberikan oleh tanda-tanda di kapal. Jadi, kalau dibilang jangan loncat, please, jangan. 


Selayang pandang pelabuhan Kho Tao

Waktu gue liburan kemarin, tempat tinggal yang kami pesan agak jauh dari pelabuhan; sekitar 2 kilo-an lah. Tapi, Kho Tao ini punya geografi yang naik turun, jadi, kami memutuskan untuk naik taksi. Di luar dugaan, ternyata semua taksi itu open cap, jadi, kami harus duduk di belakang, bersama dengan barang-barang kami (dan iya, trip-nya nggak backpacker-backpacker amat, biasa aja, jadi kami bawanya koper geret). Menarik juga sih naik taksi beginian, walaupun deg-degan setiap jalanan nanjak atau turunan, karena cukup tajam, apalagi pegangannya rendah. So, be careful ya, people, kalau kalian naik itu.

Model taksi di Kho Tao

Kho Tao ini tempatnya pantai banget, panas gonjreng, dan kalau mau masuk ke mana-mana, sendal harus dibuka; termasuk masuk ke toko, atau masuk lobby hotel. Makanya, pakai sendal adalah solusi yang paling pas. Kenapa, karena kalau pakai sepatu, sangking panasnya Kho Tao, mungkin kalian nggak akan sempat untuk buka sepatu; keburu meleleh. Makanya, sendal jepit is a wise solution.


Food-street-nya Thailand! Selalu menggemaskan *lho?*


Kalau gue pergi ke Thailand, biasanya yang gue cari adalah food-street. Mulai dari gorengan, panggangan, buah-buahan, pokoknya semua yang dijual sama street vendor. That's the original and best taste of Thailand. Sayangnya, harus diakui, bahwa makanan di Kho Tao ini nggak terlalu mencerminkan Thailand. Rasanya nggak seperti kalau pergi ke Bangkok, Chiang Mai, atau bahkan Phuket. Mungkin karena kebanyakan pengunjung Kho Tao ini bule. Rasanya, sejauh mata memandang, memang yang kelihatan orang-orang non-Thailand. Jadi, mungkin rasanya disesuaikan dengan lidah mereka. Bahkan Thai tea aja, jarang banget yang jual.

Beberapa teman juga bilang, yang punya bisnis di Kho Tao itu rata-rata adalah orang non-Thailand. Tapi mungkin di sisi lain dari Kho Tao, masih ada makanan-makanan tradisional Thailand yang sangat enak. Waktu itu gue hanya menjajaki sisi Barat dari Kho Tao.

On top of everything, gue sebenarnya berpikir bahwa pantai-pantai di Indonesia itu lebih keren daripada Kho Tao. Bagus juga sih gue pergi ke sana, jadi gue bisa tahu, dan gue bisa bangga, bahwa negara gue gak kalah kerennya dengan Thailand.

Sunset di Kho Tao

Kho Tao ini sebenarnya lebih cocok sebagai tempat nongkrong, ketimbang tempat wisata. Banyak bule mungkin karena pantainya memang bersih, tapi percaya deh, pantai Bali lebih bagus. Temen seperjalanan gue yang tinggal di Bali aja sampe' sebel. Tapi, sekali lagi, mengunjungi Kho Tao bukan suatu penyesalan buat gue, karena gue melihat sisi yang lain dari Thailand. Ada juga paket tour yang dijual untuk wisata di Kho Tao, yang akan gue ceritakan di postingan berikutnya.


Coconut, anyone?

Air kelapa di Kho Tao menjadi hiburan buat kami berempat, kelompok traveling yang menamakan diri kami sebagai K4. Kalian tahu cerita drama Korea yang ada F4-nya? F4 itu adalah 4 cowok tajir nan ganteng di salah satu drama Korea. Nah, kami persis tuh kayak gitu. Bedanya, K4 ini stands for 'Kere 4' alias 4 cewek yang lagi kere, tapi demi yang namanya kebersamaan, kami rela menyisihkan tabungan kami. Jadi, K4 itu adalah 4 cewek kere nan cantik. Sangking kere-nya, ada suatu waktu di mana salah satu dari kami sakit tak bisa keluar dari tempat tidur, karena mencoba untuk mencari makanan murah di Kho Tao. Satu lagi mengambil kursus memijat, dengan harapan bisa dapat klien. Lumayan juga. Tarif umum pijat di Kho Tao adalah 300 baht per jam. Belum terhitung tip. Sementara yang dua lagi, harus hoping dari satu cafe ke cafe lainnya, demi mencari sponsor atau pelanggan untuk dipijat.

Sticky rice with mango! Selalu juara! Food-street jaya!

Nanti gue cerita deh tentang sisi lainnya dari traveling yang ini. Sekarang, gue berhenti dulu di sini, karena gue ngantuk dan mau tidur.

Semoga kalian nggak kapok ke blog ini yaaa... dan semoga gue semakin rajin menulis di blog ini.

ime'...

Comments

Popular Posts